Langsung ke konten utama

Percaya Pada Apa Yang Tidak Viral


               

Di era yang serba dikendalikan oleh teknologi sekarang. Banyak dalih dalih baru yang kemudian bermunculan di media social kita saat ini, dimana setiap orang bebas berpendapat, bebas membagikan berbagai konten informasi baik itu tentang isu atau pemberitaan yang sedang hangat atau peristiwa peristiwa sejarah di masa lalu.

Banyak yang beranggapan atau kita sendiripun seperti itu. Bahwa teknologi saat ini telah melepaskan segala tapal batas informasi yang dulunya hanya di miliki oleh media media nasional atau media pemberitaan di Tivi yang dapat menyediakan informasi. Namun tidak untuk saat ini. Setiap orang berhak memberikan informasi, baik informasi melalui status dimedia social, hingga dapat membagikan informasi yang dituliskan oleh orang lain.

Dengan segala kemudahan memanfaatkan teknologi untuk saling berbagi informasi menjadikan kita lebih bisa cepat membagikan informasi. baik ke teman, saudara, atau keluarga. Agar mereka juga tahu apa pemberitaan yang sedang viral hari ini.

Saya jadi teringat kembali dengan tulisan Fahd Pahdepie “percayalah pada apa yang tidak viral”
Media social dan apa apa yang viral didalamnya. Sumber kebenaran berada dimana mana, validitas berita yang sulit di uji keabsahannya, sumber sumber yang kian tak jelas juntrungnya, juga kemungkinan media social untuk memfasilitasi anonimitas, membuat hoaks merajalela.

Kita saat ini seakan dijajah oleh jari sendiri. Setiap segala keluh dan kesah bisa digambarkan dalam beberapa ketikan jari dan langsung dibagikan di linimasa media sosial kita sendiri. Dengan begitu banyaknya sumber informasi menjadikan kita bingung untuk dapat melihat mana yang benar dan mana yang salah.
Jangan sampai kita hanya ingin terlihat keren dengan membagikan infomasi secara update?
Sungguh itu perlu dan sangat baik. Tetapi kita perlu tahu infomasi yang kita berikan atau bagikan ini adalah infomasi yang valid. Secara sederhana kita dapat mengecek kembali apakah informasi ini merupakan informasi lama yang mungkin dinaikan kembali, guna suatu kepentingan.

Mengecek kembali dengan mencari padanan informasi ini sebelumnya, atau melihat tanggal pengunggahannya, mengecek diberbagai sumber pemberitaan terpercaya. Dari sinilah kita dapat memperoleh minimal kebenaran dari sumber sumber yang telah kita lihat pada media lainnya.

Apakah pemberitaan ini sudah cukup baik untuk dibagikan atau tidak.

Dan kita perlu pembudayaan literasi ?

Saat ini daya kita memanfaatkan teknologi sudah begitu baik namun budaya kita untuk membaca isi pemberitaan dengan baik juga masih begitu minim. Kita selalu tertarik atau terkesima  pada judul tanpa melihat isi pemberitaanya dahulu. 

Apakah pemberitaan itu benar atau tidak?

Tidak semua media mempunyai kecenderungan pada rating namun dengan adanya informasi yang semakin cepat saat ini kita juga perlu pengetahuan membedakan mana yang perlu dan baik untuk dibagikan kepada public.

Kita perlu beranggapan bahwa segala sesuatu yang diberitakan atau yang sedang viral itu ialah hal yang belum tentu kebenarannya. Agar kita lebih punya filterisasi yang baik terhadap infomasi yang kita terima. Dimana kita membagikan informasi tersebut ibarat kita mempunyai tanggungjawab akan informasi yang kita berikan kepada public.

Kita perlu tahu kebenaran artikel pemberitaan yang kita bagikan. Agar informasi yang kita hadirkan dimedia hari ini dapat menjadi jembatan informasi yang baik dan dapat terpercaya.

Kita mulai saja hari ini.

Mari kita semua memanfaatkan teknologi sebagai media informasi yang baik dan dapat terpercaya.
Karena setiap ketikkan jari kita dapat mempengaruhi kehidupan psikologis sesorang atau kelompok.
Untuk itu kita perlu menjadikan informasi di media menjadi sehat akan isu isu yang belum tentu kebenarannya.




                 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PHK - Awal Membuka Usaha

Hari ini saya bertemu seseorang yang merupakan korban PHK (Pemutusan hubungan kerja) akibat Pandemi COVID-19. Situasi pandemi saat ini begitu memukul rata semua sektor pekerjaan. Beberapa pekerja yang berakhir pada surat PHK merupakan bukti bahwa begitu ganasnya dampak pandemi COVID-19. Beliau merupakan karyawan disalah satu hotel di Yogyakarta sebelum di PHK, namun setelah Pandemi masuk ke Indonesia ia dengan lapang hati harus berterima untuk di PHK, karena hotel yang menjadi tempat ia bekerja semakin sepi dan harus meminimalkan karyawan karena faktor pemasukan yang semakin berkurang. Beliau juga telah berumah tangga dan mempunyai satu orang anak yang harus dibiayai. Mau tidak mau beliau harus memutar otak untuk memperoleh penghasilan. Dengan beberapa pengalaman dan berbekal akses informasi melalui media internet beliau membuka lapak untuk berjualan. Dengan membuka lapak gorengan bernama “Aneka Gorengan Sehat dan Komplit” beliau mulai menjajahkannya. Lapaknya bertempat di Jl. Imog...

Krisis Perempat Usia - RESENSI

Hari ini saya tertarik untuk menuliskan resensi dari salah satu buku yang begitu menarik dan cukup berkesan untuk saya. Saya akhir akhir ini lebih tertarik membaca buku pengembangan diri, entah karena kurangnya kepercayaan diri ? atau lain sebagainya. Awal ketertarikan saya dengan buku ini. Pada waktu itu, dengan sengaja saya membaca salah satu tulisan di linimasa Instagram Kak Anna Nurrawalia. Ia menuliskan beberapa hasil bacaan yang menurutnya begitu berkesan untuk dibagikan. Salah satu yang dibagikannya adalah tentang buku ini, setelah saya membaca dan mencari beberapa synopsis tentang buku ini, saya begitu tertarik dan ingin memilikinya. Buku d engan j udul Muda Berdaya Kaya Raya ,  buku ini merupakan sebuah jurnal tentang perjuangan melewati krisis perempat usia, yang ditulikan oleh salah seorang penulis yang bernama Fahd Pahdepie. Ia merupakan seorang penulis yang saya kagumi dan idolakan setelah membaca buku ini. Hasil tulisannya begitu ringan dan mudah un...

HARI IBU: Merdeka Melaksanakan Dharma

DALAM tulisan Andri Marzuki berjudul hari ibu, Merdeka melaksanakan dharma diartikan sebagai semboyan pada lambang hari ibu di Indonesia. Semboyan tersebut bertujuan untuk mempertegas kembali makna bahwa kedudukan, hak, kewajiban, dan kesempatan antara kaum perempuan dan kaum laki laki itu sama. Sebagai bukti kedudukan antara laki laki dan perempuan hari ini telah memiliki gap yang begitu mendisposisikan daya seorang wanita. Saya menyebutnya sebagai daya, mengapa? Dewasa ini, persepsi yang berkembang bahwa posisi wanita selalu berada dibelakang kaum laki laki. Sebagai contoh posisi posisi strategis hari ini masih saja selalu di isi oleh kaum laki laki yang dipersepsikan memiliki daya satu tingkat lebih tinggi dibanding kaum perempuan.   Dalam semboyan diatas pun menegaskan bahwa kaum perempuan dan kaum laki laki merupakan kemitrasejajaran yang perlu diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat terlebih secara umum dalam bernegara. Sebagai bukti dan juga menjadi saksi sejarah (Baca:...