Hari
ini saya tertarik untuk menuliskan resensi dari salah satu buku yang begitu
menarik dan cukup berkesan untuk saya. Saya akhir akhir ini lebih tertarik
membaca buku pengembangan diri, entah karena kurangnya kepercayaan diri ? atau
lain sebagainya.
Awal
ketertarikan saya dengan buku ini. Pada waktu itu, dengan sengaja saya membaca
salah satu tulisan di linimasa Instagram Kak Anna Nurrawalia. Ia menuliskan
beberapa hasil bacaan yang
menurutnya begitu berkesan untuk dibagikan. Salah satu yang dibagikannya adalah tentang buku ini, setelah saya
membaca dan mencari beberapa synopsis tentang buku ini, saya begitu tertarik
dan ingin memilikinya.
Buku dengan judul Muda Berdaya Kaya Raya, buku
ini merupakan sebuah jurnal tentang perjuangan melewati krisis perempat usia,
yang ditulikan oleh salah seorang penulis yang bernama Fahd Pahdepie. Ia
merupakan seorang penulis yang saya kagumi dan idolakan setelah membaca buku
ini. Hasil tulisannya begitu ringan dan mudah untuk dipahami, setelah saya
menyelesaikan buku ini saya begitu ingin tahu beberapa hal tentang penulisnya
.
Hari
itu saya tertarik mencari dibeberapa media, salah satunya Instagram. Dimana
saya membaca setiap tulisan yang ia bagikan di linimasa media sosialnya.
Sungguh
tak berbeda bagi saya, beberapa tulisannya dimedia pun cukup begitu renyah dan
sama dengan tulisannya di buku. Tulisan yang begitu ringan untuk dibaca dan begitu memiliki pesan yang mengandung pembejalaran didalamnya. Kita seperti dibawa mengarungi lautan teduh bersama
gelombang kenyamanan yang tidak ingin kita tinggalkan.
Didalam
isinya buku ini dibagi kedalam bab bab kecil. Seperti yang tertulis pada
pengatarnya bahwa penulis akan mengajak pembaca mengarungi pikiran dan
perasaan.
Dalam setiap bab kita akan dihadirkan dengan beberapa kisah yang menjadi pengalaman penulis yang diulas dengan begitu renyah untuk dibaca.
Saya
ibarat diberi gambaran tentang masa depan, tantangan dan beberapa alternatif
penyelesaian.
Dimuat
dengan beberapa quotes yang begitu menggambarkan makna dari setiap isi babnya.
Kita seperti dituntut untuk merumuskan peta perjalanan kedepan. Dimana seorang
penulis menceritakan tentang kisah perjalanan hidupnya.
Yang salah satunya
adalah kisah pada masa kecil, dimana ia selalu dikucilkan, diremehkan, dan
dibuktikannya dengan berbagai prestasi yang ia peroleh. Prestasi yang ia
peroleh tak menggambarkan bahwa ia begitu pandai namun prestasi yang ia peroleh
sebagai balas dendam atas apa yang ia alami semasa kecil.
Digambarkan
bahwa penulis sebagai seorang anak yang tumbuh dengan ingatan tentang
kemarahan, dimana ada suatu peristiwa pada masa kecilnya yang sangat begitu
membekas didalam ingatannya. Yang sejak saat itu menjadi luka sakit hati yang
tak bisa ia hapus dari ingatan dan perasaannya. Dari peristiwa itulah yang
menuntut ia agar berprestasi karena dengan berprestasilah ia akan menutup
dengan perlahan luka sakit itu.
Dari
isi buku yang dibagi kedalam beberapa bab. Sangat begitu menginspirasi saya sebagai pembaca. Dan ini merupakan
salah satu rekomendasi bagi anda yang masih bimbang tentang gambaran masa depan.
Buku
ini tak hanya di dedikasikan kepada anak muda di usia 20-an dan awal 30-an
karena setiap dari kita pasti pernah mengalami masa bimbang tentang diri kita sendiri. Penulis memberikan
istilah menarik bagi saya tentang masa krisis diusia 20-an dengan istilah quarter
life krisis atau krisis seperempat usia. Krisis
tentang anak muda dalam proses penemuan jati diri.
Tentang bagaimana konsep penyesuaian
terhadap lingkungan.
Tentang bagaimana kita ingin
menemukan kompas yang akan menjadi arah petunjuk kita kedepan.
Kita yang saat ini mempunyai impian
namun terkadang dilemahkan oleh beberapa permasalahan yang tak begitu mudah
diselesaikan.
Diakhir
saya ingin mengutip salah satu quotes dari buku ini:
“Jika
impianmu tak terlihat dibatas cakrawala, mungkin kau belum cukup jauh berlari”
Komentar
Posting Komentar