Pertama di Yogyakarta pada tanggal 12 Agustus 2019 tahun kemarin. Diadakan bazar buku Big Bad Wolf yang diselenggarakan di Jogja expo center. Saya begitu tertarik, dan saya mengajak teman yang sekaligus tetangga kosan untuk mampir lihat lihat sekaligus membeli beberapa buku.
Bagi kami mahasiswa rantau, membeli buku ialah suatu keharusan. Baik buku untuk bahan preferensi kuliah dan beberapa buku diluar materi akademik perkuliahan yang juga wajib untuk dibeli.
Tips anak kos memperoleh buku : Menabung dan Berpuasa
Menabung dengan menyisihkan beberapa rupiah setiap harinya. Menakar uang dengan begitu ketat dan meringkaskan kembali segala kebutuhan yang dianggap tidak perlu untuk dibeli. Bila sudah terkumpul, maka selanjutnya memilih untuk membeli buku sesuai dengan tarif dan uang yang dimiliki.
Berpuasa, ini bukanlan tips tetapi konsekuensi. Bila menabung menjadi hal yang tabuh dan bila tidak sabar ingin memiliki buku yang di inginkan, saya terkadang membeli tanpa memikirkan kebutuhan penting lainnya.
Saya akan bercerita sedikit tentang buku How To Change Weaknes Into Power.
Isi buku ini begitu menjawab pertanyaan saya selama ini, dimana kita terkadang berpikir orang besar dan sukses itu biasa. Orang besar dan sukses itu sudah dilahirkan dengan kemampuan istimewa yang membuat dia berbeda dari beberapa orang pada umumnya.
Ternyata itu suatu pandangan yang salah dan dibantah langsung oleh buku ini.
Sebagian besar orang berpendapat bahwa orang sukses tidak memiliki kekurangan,
Sebagian besar orang berpendapat bahwa orang sukses itu karena mereka memiliki kemampuan ekonomi tinggi.
Sebagian besar orang berpendapat bahwa orang sukses itu karena mereka memiliki kemampuan ilmu pengetahuan yang begitu baik, yang kita sendiri tidak memilikinya.
Dari Buku ini kita akan diceritakan bagaimana kisah kesuksesan tokoh tokoh nasional seperti, BJ Habibie dan juga dihadirkan beberapa kisah sukses dari tokoh internasional seperti, Thomas Alva Edison, Mathama Ghandi, Oscar Pistorius, dan masih banyak lainnya.
Kisah seorang tokoh dituliskan secara padat dan mudah dicerna bagi pembaca.
Pada pengatar juga dituliskan beberapa cara atau strategi dalam menghadapi belenggu – belenggu masa depan, Menurut Fahd Pahdepie krisis di perempat usia. Sebuah cara bagaimana kita dalam menyikapi padangan negarif, takut akan kegagalan yang di ambil dari beberapa contoh pada kisah perjalanan sukses seorang tokoh.
Disaat kita membaca lembaran awal, kita sudah di suguhkan dengan pendahuluan yang begitu menarik. Seperti proses penyelesaian masalah dalam kehidupan kita sendiri yang begitu dekat. yang membuat kita jadi tertarik untuk membacanya. Serta ingin segera membuka kembali lembaran lembaran selanjutnya. Agar pertanyaan pertanyaan yang selama ini ada dapat terjawabkan.
Pada topik pertama yang menjadi pembuka saya begitu tertarik dengan cerita Si Pemahat Batu.
Suatu hari terlihat dua orang pemahat batu yang sedang bekerja, baju kusam, berdebu dan keringat bercucuran membasahi baju mereka.
Keduannya bekerja begitu telaten, panas terik tak menjadi alasanya untuk berhenti bekerja, angin di siang hari begitu sejuk menampar badan keduannya yang tengah lelah.
Ketika beberapa saat ada seorang bijak melihat dan berhenti di depan kedua pemahat batu tersebut. kelihatannya tidak ada perbedaan antara kedua pemahat tersebut. kata Si Orang Bijak,
Karena kedua pemahat batu tersebut memahat batu yang sama untuk dijadikan patung.
Kedua pemahat tersebut memahat batu dengan berat batu yang sama,
Kedua pemahat tersebut bekerja dalam waktu yang sama,
Perbedaannya baru dapat terlihat ketika seorang bijak bertanya kepada kedua Pemahat batu tersebut.
Si Orang Bijak: Hey, apa yang sedang kalian lakukan? “”dengan rasa penasaran seorang bijak bertanya, dan langsung dijawab oleh salah seorang pemahat batu”
Si Pemahat 1: saya sedang mengukir batu ”setelah pemahat 1 menjawab dilanjutkan oleh Si Pemahat 2"
Si Pemahat 2: Saya sedang membangun sebuah kuil”
Coba renungkan sejenak.
Keduannya melakukan pekerjaan yang sama, dengan alat pengerjaan yang sama, dalam waktu kerja yang sama.
Tetapi pertanyaan dari keduannya dijawab berbeda.
Meskipun keduanya memiliki pekerjaan yang sama, kita dapat melihat, mana pemahat yang memiliki visi dan yang tidak memiliki visi.
Pemahat 1 melilhat pekerjaannya sebagai sebuah tugas yang harus diselesaikan.
Pemahat 2 melihat pekerjaannya memiliki makna yang lebih besar dari yang terlihat oleh mata.
Sebuah pekerjaan sederhana tak semestinya kita lihat sebagai hal yang biasa, karena setiap pekerja memiliki visi penyelesaian yang berbeda.
Bagi teman teman yang memiliki naskah berupa kumpulan cerpen, puisi, atau manuskrip buku, dll. serta berniat untuk menjadi penulis yang mengabadikan gagasannya melalui buku, bisa langsung menghubungi Jariah Publishing. Lebih lengkapnya bisa langsung akses melalui https://jariahpublishing.co.id/
Terima kasih
Salam literasi untuk Indonesia yang lebih baik
Komentar
Posting Komentar