"Jangan malu ketika kamu berjualan, tetapi malu-lah ketika kamu masih meminta uang kepada orang tua"
Pandemi COVID 19 telah membuka kembali ruang ruang baru yang sebelumnya belum ada. namun juga sebaliknya, tidak sedikit mereka yang tergerus dampak "kemalangan" akibat virus ini.
Dalam aspek ekonomi, Indonesia benar benar di kuliti habis habisan oleh bakteri jahat ini (COVID19). Sebelum masuk ke Indonesia, para penjabat pemerintah dengan bijak mengatakan bahwa dengan iklim tropis seperti Indonesia, virus akan mati bila langsung terpapar oleh sinar matahari. Tapi toh hari ini apa yang terjadi? Sudahlah sampan telah menyentuh air, dayung pun telah di ayunkan, tak perlu kembali lagi ketepian. Karena kembali tanpa memperoleh hasil laut, akan menyedihkan orang orang rumah.
Disisi lain pandemi saat ini menuntut kita untuk dapat kreatif memanfaatkan situasi. yah kreatif. Mengapa?
Karena kemungkinan untuk dapat kembali ke situasi normal sebelum pandemi sudah tidak mungkin. Segala kegiatan kita hari ini harus dapat menyesuaikan dengan berbagai peraturan aman COVID 19.
Saya kemarin berjalan jalan santai di seputaran Malioboro Yogyakarta. Yah tujuan saya tidaklah untuk berbelanja tetapi untuk melihat beberapa pedagang yang tengah berjualan. Ketertarikan Saya karena dua dari sepuluh orang yang sedang berjualan adalah seorang anak muda.
SEA GROUP tahun 2019 melakukan penelitian kepada 14.000 anak muda Indonesia menyebutkan 24% responden menginginkan punya bisnis sendiri; 17% bekerja di pemerintah; 16,5% ingin melanjutkan usaha keluarga; 3,2% ingin bekerja di rintisan Startup.
24% responden menginginkan punyai bisnis sendiri. Hehe-- presentase yang cukup tinggi.
Saya nyaman menyebutnya sebagai jualan/berjualan ketimbang bisnis. Karena bagi Saya bisnis itu ruang lingkupnya besar.
Beragam produk hari ini yang kita gunakan mungkin saja hasil inovasi kreativitas anak muda. Dengan tidak adanya sekat pembatas antara produsen dan konsumen karena kemajuan teknologi dan informasi 4.0. Saat ini seseorang dapat bisa membuka toko tanpa harus memiliki bangunan toko secara fisik. Cukup dengan memiliki akses internet, produk dapat diposting langsung melalui linimasa beberapa media baik Facebook, Instagram dan media lainnya.
Tetapi bagi Saya, masih ada sebuah masalah, masalah persepsi lingkungan kita yang belum terbiasa dengan inovasi yang dilakukan anak muda.
Dalam buku berjudul Muda Berdaya Karya Raya yang ditulis oleh Fahd Pahdepie. dituliskan pada salah satu sub bab. Menceritakan seorang anak bernama Zikra yang tak lain ialah sepupu penulis, yang senang sekali berjualan. Zikra memutuskan untuk berjualan agar agar di sekolah. Bahkan hal yang ia lakukan itu atas dasar keinginannya sendiri bukan karena kebutuhan atau desakan ekonomi keluarga.
Tetapi dilingkungannya berbeda, apa yang menjadi citra orang orang sekitar ketika melihat seorang anak yang tengah berjualan. "Anak ini pasti lagi butuh uang", "Orang tuanya pasti tidak membiayainya sehingga ia berjualan".
Seperti yang kita lihat ditayangan sinetron FTV seorang anak yang berjualan kerap di persepsikan sebagai anak yang kurang mampu dan mungkin karena keterpaksaan sehingga harus memilih berjualan untuk menghasilkan uang "Rupiah".
Memang benar, persepsi orang lain terhadap apa yang kita lakukan tidak bisa dikendalikan.
Dalam buku Filosofi Teras juga dijelaskan tentang dikotomi kendali. Persepsi atau pandangan orang lain tidak masuk dalam sistem kendali kita. Jadi, tidak perlu dijadikan sebagai sebuah masalah. Kita hanya perlu memikirkan apa yang masuk dalam sistem kendali kita.
Tetapi apakah persepsi itu tidak bisa dihilangkan?
Saat ini dan nanti ketika kita telah berkeluarga, apakah kami anak muda masih sepenuhnya bergantung dengan orang tua? Yah jelas tidak demikian !!!
Bukankah dengan berjualan seseorang bisa belajar berwirausaha sejak kecil. Mungkin tidak semua orang akan jadi pengusaha sukses dimasa depan. Tetapi setidaknya darisitu mentalitas sudah mulai terbentuk. Baik dituntut untuk menghasilkan produk kreatif dan menciptakan peluang untuk menghasilkan uang "Rupiah".
Bukan tidak mungkin, anak muda akan mampu membuka keran penyerapan lapangan pekerjaan, sehingga dapat membantu orang lain dilingkungan sekitarnya.
Diakhir Saya mengutip tulisan Fahd Pahdepie dalam satu bahasan Buku Muda Berdaya Karya Raya. Beliau menuliskan bahwa tak semua orang di dunia ini punya imajinasi dan gagasan, lebih sedikit lagi yang punya kemampuan dan keberanian untuk mengeksekusi gagasan gagasannya itu menjadi kenyataan. Tapi, yang paling sedikit adalah yang bisa mengubah semua itu menjadi peluang dan uang.
Ayo bergerak teman teman,
Haamoo ana'i moane.
Keterangan Photo: Bersama teman teman Ikatan Mahasiswa Program Studi Akuntansi 2020
Kamis, 10 September 2020
Komentar
Posting Komentar